Wednesday, June 24, 2009

Hari Raya Saraswati

ARTI HARI RAYA SARASWATI
Setelah sasih kedasa kita lalui maka tibalah kami akan mencoba memberikan penjabaran dan makna tentang Hari Raya Saraswati yang jatuh pada hari Saniscara Umanis Watugunung, yang merupakan hari turunnya ilmu pengetahuan. Maksudnya adalah Hari Raya Saraswati dilaksanakan guna menyambut serta merayakan turunnya ilmu pengetahuan Suci Weda yang merupakan sumber penerangan alam pikiran manusia sehingga manusia mempunyai kemampuan berpikir yang arif dan bijaksana dalam menyelesaikan masalah terutama yang menyangkut proses kehidupan dialam semesta ini, oleh karena pada hari Saniscara Umanis Watugunung ini Ida Sang Hyang Widhi akan menurunkan sinar sucinya dalam wujud kekuatan dan kesucian, sehingga segala pengetahuan yang telah berada di dalam jnana atau pikiran kita tetap bersemayam serta memiliki kekuatan dan kesucian sehingga dapat mewujudkan kearifan, kewibawaan serta keadilan dalam diri kita.
Saudara-saudara Umat se-Dharma, adapun ilmu pengetahuan itu dilambangkan dengan simbol-simbol yang disesuaikan dengan sifat ilmu pengetahuan tersebut seperti :
1. Wanita cantik atau seorang Dewi : mengapa ilmu pengetahuan itu dilambangkan dengan wanita cantik ? Menurut kami bila dipandang secara umum bahwa sifat seorang wanita sangat luwes, sabar dan lemah lembut serta penyabar disamping itu cukup menarik, begitu juga sifat dari pengetahuan itu sangat menarik laksana seorang wanita cantik. Siapkah yang tidak suka dengan wanita cantik ? kami kira semua orang senang kecuali bagi orang yang tidak normal, demikian pula terhadap ilmu pengetahuan semua orang senang mempunyai ilmu pengetahuan terutama bagi orang yang senang belajar. Itulah sebabnya ilmu pengetahuan dilambangkan dengan seorang wanita cantik yang cukup menarik.

2. Keropak : ilmu pengetahuan dilambangkan dengan keropak yaitu tempat menyimpan ilmu pengetahuan, bila dilihat dialam sekala bahwa keropak itu adalah buku-buku pelajaran dan jika didalam diri adalah otak manusia. Oleh karena itu peliharalah, jagalah dan sayangi buku pelajaranmu agar bisa dapat dipergunakan selama hidup kita didunia karena ilmu pengetahuan itu lebih tinggi nilainya jika dibandingkan dengan harta benda, sebab ilmu pengetahuan itu tidak akan bisa habis sedangkan kalau harta benda akan cepat habis apabila kita salah di dalam mempergunakannya.

3. Ganitri / Rantai : merupakan simbol dari pengetahuan itu tidak akan ada habisnya, tidak berawal dan tidak berakhir. Apabila kita renungkan bahwa memang benar ilmu pengetahuan itu tidak pernah berawal dan berakhir, kita semua tidak ada yang tahu kapan ilmu pengetahuan itu awalnya kita pelajari dan sampai dimana kita mengakhiri pengetahuan itu atau kapan pengetahuan itu kita katakan habis ? hal ini tidak seorangpun yang tahu bahkan sering kita dengar lagu daerah Bali yang mengajarkan kita untuk selalu bersikap rendah diri, tidak sombong walaupun telah memiliki ilmu pengetahuan yang cukup tinggi namun masih juga ada hal-hal yang belum kita ketahui, ingat lagu : "Ede ngaden awak bisa....... yadiin ririh enu liu pelajahin, artinya bila kita simak isi lagu tersebut bahwa sepintar-pintarnya seseorang masih ada yang belum mereka ketahui begitu pula sebaliknya. Maksudnya kita sebagai manusia hendaknya bisa menerima dan saling menghargai kekurangan dan kelebihan orang lain, sehingga terciptalah suatu hubungan yang baik diantara kita.
4. Rebab atau wina : adalah lambang keindahan serta penuh perasaan. Mengapa ilmu pengetahuan itu dikatakan indah ? Ilmu pengetahuan itu sangat indah dan penuh perasaan disebabkan oleh keaneka ragaman dari ilmu pengetahuan itu. Suatu contoh Pulau Bali ini sangat terkenal keindahannya karena keaneka ragaman budayanya, atau jika sebidang tanah ditanami bunga hanya satu macam jelas tidak akan indah begitu pula ilmu pengetahuan itu dikatakan indah karena terdiri dari beberapa jenis pengetahuan misalnya : ada ilmu melukis, seni tari, seni suara, dan lain sebagainya. Nah justru karena itulah ilmu pengetahuan dikatakan indah dan menarik, sehingga banyak orang mengejar pengetahuan itu.

5. Teratai : mempunyai lambang kesucian. Ilmu pengetahuan itu sangat suci mengingat dengan tidak adanya ilmu pengetahuan yang mengajarkan hal-hal yang kurang baik kepada manusia, tetapi karena faktor manusianya yang memutar balikkan dalam mengamalkan pengetahuan tersebut, karena situasi dan kondisi yang bersangkutan, sehingga kesucian dan kebenaran dari pengetahuan itu akan hilang karena demi kepentingan pribadi dan merugikan kepentingan umum.

6. Burung Merak adalah lambang KewibawaanYang dimaksud kewibawaan disini adalah apabila seseorang yang mempunyai pengetahuan selalu mengamalkan pengetahuannya sesuai dengan kemampuan dan kedudukannya secara arif serta bijaksana demi kepentingan umum dengan mengesampingkan kepentingan pribadi atau golongan, maka orang tersebut akan memiliki wibawa atau kewibawaan dimata masyarakat dan otomatis akan disegani, dihormati oleh masyarakat dimana mereka berada.Untuk itulah kami berharap kepada semua umat manusia agar benar-benar mengamalkan ilmu pengetahuan sebaik-baiknya demi kepentingan bangsa dan negara, janganlah pengetahuan itu digunakan sebagai alat untuk menyengsarakan rakyat. Ingatlah bahwa badan dan lengan yang besar bukan jaminan untuk berwibawanya seseorang jika salah dalam mengamalkan pengetahuan itu demikian juga sebaliknya. Di samping itu burung Merak sering juga digunakan dalam melengkapi upacara ngaben (pitra yadnya) yang biasa disebut Manuk Dewata.

7. Angsa atau Sowan : merupakan lambang Kebijaksanaan.Mengapa mesti angsa yang dipakai lambang ilmu pengetahuan ? Menurut kepercayaan dan keyakinan bahwa angsa mempunyai kelebihan diantara binatang lain yaitu dibidang memilih makanan sekalipun makanan itu berada di dalam lumpur, angsa itu mampu membedakan antara minyak dan air, itulah sebabnya angsa dianggap binatang yang paling bijaksana.Maksudnya adalah kita hendaknya mempergunakan ilmu pengetahuan itu sebijaksana mungkin dalam menimbang atau memecahkan suatu masalah, sehingga dalam mengambil keputusan benar-benar adil dan bijaksana dengan tidak merugikan salah satu pihak.
Jadi kesimpulannya dapat kami berikan bahwa dengan merayakan Hari Raya Saraswati kita mohon kehadapan Ida Sang Hyang widhi untuk senantiasa menurunkan anugrahnya dalam memberi kekuatan pada ilmu pengetahuan yang kita miliki, agar dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kesempurnaan hidup. Atau dengan kata lain bahwa Hari Raya Saraswati merupakan Hari Pencerahan Ilmu Pengetahuan.
Mengapa kami katakan Hari Pencerahan ilmu pengetahuan, karena kita telah melaksanakan latihan pengendalian diri dari Ciwa Latri sampai Tawur Kesanga dan Brata Penyepian, kalau kami andaikan bahwa seperti dalam ceritra pewayangan bagaimana Raden Gatotkaca sewaktu digodog dalam wakah candra gohmuka agar menjadi seorang ksatrya yang kuat, teguh, gagah perkasa laksana mewat kawat mebalung besi mekulit tembaga. Begitulah harapan kita agar memiliki kekuatan pikiran bagaikan kuatnya besi dan baja pengetahuan yang kita miliki, sehingga kita wajib untuk menghaturkan puji syukur kehadapan Sang Hyang Aji Saraswati atas segala karuniaNya dengan cara menghaturkan sesajen pada buku pelajaran atau kitab Suci dan membaca dengan sunguh-sungguh, sebab pengetahuan itu akan meresap dalam pikiran dan sebaliknya betapapun besarnya sajen yang kita haturkan jika pelajatan itu tidak pernah dipelajari tidak akan ada gunanya, dan tidak mungkin pengetahuan itu akan masuk sendiri setelah diberi sajen.
Demikianlah penjabaran dan makna dari Hari Raya Saraswati yang kita rayakan setiap Saniscara Umanis Watugunung.

Friday, June 12, 2009

Yoga Asanas

1. Sarva’unga’sana (sikap berdiri di atas bahu)
Berbaring terlentang tubuh lurus, kemudian tarik napas, dan perlahan-lahan buang napas sambil mengangkat kaki ke atas, berat badan ditopang pada bahu dan pundak. Dagu menyentuh dada. Topang pinggang dengan kedua tangan. Jari-jari kaki merapat, mata memandang diantara kedua ibu jari kaki, bernafas secara normal. Pertahankan sikap ini satu sampai tiga menit. Latihlah sikap ini tiga kali. Manfaatnya : memperkuat semua cakra, memberikan pemijatan pada kelenjar thyroid dan parthyroid, mengatasi kekurangan kalsium, zat besi dan iodim.
2. Matsyamudra’ (sikap ikan)
Asanas ini merupakan pasangan dari Sarvaungasana. Berbaring terlentang, sikap kaki sila padmasana. Ubun-ubun bersentuhan dengna lantai dan tangan memegang kedua ibu jari kaki, bernafas secara normal. Waktu maksimum untuk mempertahankan asanas ini adalah setengah dari melakukan sikap Sarvaungasana. Manfaatnya : mengatasi kekurangan kalsium, zat besi dan iodium, mempertahankan kebugaran tubuh, asanas ini juga memberikan efek mengerutkan dan mengencangkan kelenjar tiroid dan parateriod.
3. Matsya’sana (sikap ikan)
Duduk dengan sikap padma’sana. Kemudian rebahkan tubuh ke belakang, dengan ditopang keuda tangan yang bersilang. Bernapas melalui hidung, tahan sikap ini setengah menit, lakukan tiga kali. Manfaatnya : mengatasi sembelit, ashma, paru-paru, bronchitis.
4. Matsyendra’sana (sikap lingkaran)
Tekan muladhara cakra dengan tumit kiri. Silangkan kaki kanan ke paha kiri dan tahnlah. Pegang ibu jari kaki kanan dengan tangan kiri dan tahan. Tangan kanan dilipat ke belakang dan berusaha mengambil pusar melalui samping kiri, kepala mengarah ke belakang (diputar ke kanan). Tahan 30 detik. Kemudian tekan mulandhara cakra dengan tumit kanan dan lakukan proses sebaliknya. Lakukan gerakan ini empat putaran. Manfaatnya : untuk memperkuat paru-paru, mengurangi lemak pada perut, mengurangi penumpukan kalsium pada tulang belakang, memelihara kesheatan dan tetap awet muda, khusus masalah laki-laki, menyehatkan syaraf mata, mengaktifkan semuya cakra, mencegah akumuylasi kalsium dan garam pad atulang belakang sehingga menyebabkan awet muda, wanita bisa juga melakukan sikap ini tapi tidak pada waktu hamil dan menstruasi.
5. Viira’sana (sikap gagah)
Berlutut dan telapak kaki berdiri dengan jari-jari kaki ditekuk ke belakang Letakkan punggung telapak tangan di atas paha dengan jari-jari tangan mengarah ke pangkal paha. Pandangan diarahkan keujung hidung. Mintalah petunjuk pembimbing mengenai lamanya sikap ini dilakukan. Manfaatnya : mencegah kerontokan rambut, untuk menjaga kepala tetap dining, dan juga untuk meditasi pada tingkat tertentu.
6. Cakra’sana (sikap roda)
Berbaring terlentang. Lenturkan kaki supaya betis rapat dengan paha. Letakkan kedua tangan dekat bahu. Berat badan tidak pada telapak kaki dan tangan. Tarik nafas kemudian angkat bahu dan kepala sambil membuang nafas. Dalan asaana ini tubuh akan membuat bentuk roda. Lakukan gerakan ini empat kali. Manfaatnya : untuk menyeimbangkan kegemukan dan ketinggian badan, memijat manipura cakra dan anahata cakra, untuk menyeimbangkan kelenjar yang tidak stabil dari umur 12 sampai 18 tahun.
7. Naoka’sana atu Dhanura’sana (sikap perahu atau busur)
Berbaring telungkup. Dekatkan tumit ke paha dan peganglah pergelangan kaki kanan dengan tangan kanan dan pergelangan kaki kiri dengan tangan kiri. Angkat seluruh tubuh, berat badan bertumpu sepenuhnya pada pusat. Kembangkan dada, tarik dada dan kepala jauh ke belakang. Pandangan ke depan. Tarik napas ketika mengangakt badan. dan pertahankan sikap itu sambil menahan napas selama delapan detik. Lakukan asanas ini delapan kali. Manfaat : asanas ini merupakan pasangan yang ideal dilakukan secara bergantian dengan cakrasana, asanas ini akan menolong orang yang menderita spilis, kusta.
8. Utkat’a paschimotta’na sana (sikap mencium kedua lutut)
Berbaring terlentang, kemudian tarik nafas sambil mengangakt keuda tangan (lengan) ke atas melekat di telinga. Bangun dari sikap berbaring dan keluarkan nafas terus membungkuk ke depan, muka diselipkan diantara kedua lutut. Jaga agar kaki tetap lurus. Ibu jari kaki dipegang. Pertahankan sikap ini delapan detik. Lakukan latihan ini delapan kali. Manfaatnya : memberikan kontraksi yang maksimum pada tulang belakang, bagus untuk punggung dan sumsum tulang belakang, dapat mengurangi lemak pada perut, mengatasi konstipasi, dan masalah-mslah dibagian dada, kandung kecing, usu buntu, dan hernia, memijat manipura, svadistana dan muladhara cakra, membantu penyakit sipilis, asam urat, ramatik dan darah kotor.
9. Parvata’sana Ha;sana (sikap bajak)
Buatlah posisi seperti Sarvangasana. Tarik nafas, kemudian buang nafas sambil mengangkat kaki kebelakang dan julurkan sejauh mungkin. Biarkan semua jari kaki menyentuh lantai. Tangan diletakkan disisi tubuh, telapak tangan menghadap ke bawah. Tahan sikap ini seperti pada waktu Sarvangasana. Manfaatnya : memperkuat kelenjar-kelenjar pada leher dan perut, menguatkan cakra manipura dan visudha, menghilangkan kelebihan gas, konstipasi, masalah menstruasi, kelemahan pada punggung dan hati, untuk masalah visudha dan anhata cakra.
10. Shiva’sana (sikap Shiva)
Bersikap seperti halasana. Tekuk lutut hingga dekat ketelinga dan melekat di lantai. Tangan tetap lurus, tetepi jari-jari tangan saling terkait. Lamanya asana ini dipertahankan sama seperti Halasana. Manfaatnya : sebagai pengganti bagi yang tidak bisa melakukan Halasana, menekan vidudha dan anahata cakra. Orang yang menderita kelemahan di bagian hati boleh melakukan sikap ini.